Senin, 23 April 2012

‘45

’45 adalah sejarah..
Adalah kenangan yang mengingatkan pada pertumpahan darah..
Semua daerah Indonesia menjadi lautan merah..

Tak bisa ku bayangkan, lau aku hidup pada masanya..
Masa penjajah bersikap anarkis..
Tak pandang siapapun menangis..
Asal bisa membuat mereka meringis..
Pasti semua tertelan habis..

’45 adalah sejarah..
Mengukir telapak di Medan perang
Berbekal keberanian dan semangat pejuang..

Mereka dentam masa dengan senjatanya..
Mereka seret masa seenaknya..
Mereka kira mereka adalah penggembala..
Yang menarik ternak seenak kepala..

Berhati namun tak merasa..
Bertelinga namun tak mendengar..
Bermata namun tak melihat..
Beragama namun tak beriman..
Mungkin kiasan itu cukup memberikan gambaran tentang watak penjajah..
Yang sedikitpun tak mau mengalah..

’45 adalah sejarah..
Menilas senyum yang merekah..
Karena buah dari susah payah..

’45 adalah sejarah..
Indonesia merdeka…Merdeka Indonesia..Merdeka..Merdeka..!!


Minggu, 22 April 2012

Jangan Takut Ajak si Mungil Berenang


Kapan si mungil mulai boleh diajari berenang??
Ada dua pandangan mengenai usia paling tepat mengajak anak berenang. Sebagian berpendapat bayi bisa diperkenalkan pada aktivitas renang jika kepalanya mulai tegak bila ia digendong dalam posisi duduk.
Melatih renang di usia dini dianggap lebih mudah bagi anak karena pada saat itu otaknya bagaikan spons yang akan menyerap semua informasi yang diterimanya. Pandangan lain menyebutkan saat terbaik adalah ketika bayi berusia 6-12 bulan.
Bayi baru lahir hingga usia 3 bulan juga bisa langsung nyemplung ke dalam air tanpa takut tenggelam, karena pada usia tersebut, ia memiliki refleks melangkah yang banyak kegunaannya untuk berenang. "Refleks melangkah merupakan salah satu refleks yang menyertai bayi seperti halnya refleks menggenggam dan refleks berjalan," jelas Dr. Karel Staa dari RS Pondok Indah.
Kita tahu bahwasanya dalam rahim ibu selama 9 bln pun bayi suah berenang dalam ari ketuban. Itulah yang membuatnya seperti ajaib saat kita masukkan si mungil ke dalam kolam, dan tiba-tiba menikmati kocehan air.
Gerakan-gerakan ketika berenang bisa membantu melatih kaki dan tangan, jantung, serta sistem pernapasan bayi. Selain itu bermain air akan membuat anak-anak gembira dan lebih dekat dengan orangtuanya.
Berenang juga sangat berguna untuk pertumbuhan. "Motoriknya berkembang lebih pesat ketimbang ia hanya bermain di lantai." Bukankah saat berenang, semua otot bekerja? Nah, kalau di lantai, hanya otot-otot tertentu saja yang bekerja. Apalagi jika ibu memberikan baby walker sehingga bayi jadi terbiasa berjalan dengan alat itu. Akhirnya, gerakan-gerakan ototnya jadi terbatas karena hanya otot-otot tertentu saja yang bekerja.
Nah untuk itu jangan ragu lagi untuk mengajak si bayi berenang. Namun dengan garis bawah ibu harus tetap waspada. Jangan sampai anak menelan air, karena pada usia 6 bln an ini enzim pencernaan bayi belum matang. Jadi, kalau ia secara tak sengaja menelan air yang tak bersih kala berenang, bisa mengakibatkan mencret, muntah, dan sebagainya. Pastikan bayi anda tidak memiliki kelainan yang tak boleh melakukan aktivitas renang, misalnya kelainan jantung bawaan. Satu jam sebelum berenang, bayi harus sudah makan atau minum. Jangan ajak bayi berenang dalam keadaaan kekenyangan atau baru selesai makan. Jangan pula mengajaknya berenang dalam keadaan lapar. Basahi tubuhnya terlebih dahulu seperti ketika memandikan agar tak timbul fobia air. Jangan lupa bawa mainan tahan air seperti mainan bebek atau ikan, agar ia merasakan berenang sebagai sesuatu yang menyenangkan. Jangan ragu untuk melibatkannya agar mau bermain-main, seperti menciprat-cipratkan air. Ini akan memancingnya untuk tersenyum dan tertawa, sekaligus menstimulasi kemampuan motoriknya.
Jika berenang dilakukan di tempat terbuka/kolam renang, maka ajak saja keluarga terutama ibu dan ayah. Dengan ini semogga kehangatan keluarga tercipta. Dan menjadi keluarga yang bahagia…

Senin, 09 April 2012

Tak Ada Lagi Syurga Di Sana


Aku terbangun karena mimpi buruk. Terperanjat bergegas menghampirinya. Ku buka perlahan pintu kamarnya, aku melihat dia masih bernyawa, huft…aku bernafas lega. Dia yang semakin renta, keriput wajahnya semakin terlihat jelas, bunga jambu yang menghiasi rambut panjangnya membuatnya terlihat semakin menua. Otot-otot tangannya menggambarkan dia seorang pekerja keras. Dia tertidur meringkuk, ku luruskan posisinya. Semakin tak tega aku melihatnya. Perlahan aku belai pipinya, seperti dia membelaiku sewaktu bayiku. Aku kecup keningnya, seperti dia mengecupku, ku bentangkan selimut disekujur tubuhnya, agar hawa dingin tidak mengigilkan tubuhnya. Aku peluk perlahan agar dia tidak terbangun karena ulahku. Aku hanya ingin berada disisinya selama waktu belum memupus.
Usia yang semakin memendekkan pertemuan kita menjadi semangat agar aku selalu dan mampu membuatnya tersenyum bahagia. 

Bergantian aku memandangi ayah. Tubuhnya tak sekuat remajanya. Wajahnya sama mengeriput, rambutnya juga sama semakin memutih. Aku melihatnya dengan jelas, hembusan nafasnya menandakan dia tertidur pulas. Aku tersenyum kecil. Mereka menua dimakan usia. 

Tak sadar aku menyenggol lengan ibu, hingga dia terbangun. Dia melihatku yang tiba-tiba berada disisinya.

“Ada apa nduk? Kamu ngelilir.?” Tanya ibuku dengan suara lirihnya. 
“Iya bu…Ibu ayo bangun, kita shalat malam berjama’ah…”

Ibu tersenyum menuruti pintaku. Ayah tak kunjung bangun, sepertinya dia terlelap karena letih. Ku bentangkan selimut ibu ke sekujur tubuh ayah. Ku tengok kembali keadaan ayah selesaiku berwudlu, posisinya masih sama tak berubah. Ternyata ayah benar-benar pulas.

Shalat malam terlaksana dengan khusuk, suasana sepi membawa kita menyelami makna tahajud. Air mata berderaian saat ku panjatkan do’a dengan berbagai permintaan, agar Allah memberikan panjang umur kepada orang tuaku. Sedikit-dikit ibu menengok kearahku, setelah selesai bermunajat ku cium pungung telapak tangannya, sembari kuucap “Ibu maafkan aku yang belum bisa membuatmu lepas dari belenggu, aku yang masih membebanimu, aku yang selalu membuatmu dan ayah payah”

“Nak jangan kau ucap semua itu, itu adalah kewajiban kami sebagai orang tua, pertanda bahwa kami sayang kepadamu.”

Dengan pelukannya ku hentikan tangis isakku. Peluknya begitu hangat, membuatku nyaman ketika berada disisinya. Seakan aku tak mau beranjak dari sisinya. Dia pun dengan lembut mengusap air mataku.
Terdengar suara murotal dari mushola, setelah terdengar suara azan berkumandang kami dirikan shalat subuh berjama’ah. Kali ini diimami oleh ayah, yang sudah terbangun dari tidurnya. Aku begitu lega, keluarga ku seakan utuh.

Ku pandangi jam dinding terlihat jam menunjukkan pukul 05.00, “masih pagi” batinku.
Aku terkaget ketika melihat ibu sudah berbusana rapi, dengan memakai jubah putih dan jilbab hitam yang menutupi rambut panjangnya.

“Ibu mau kemana? Cantik sekali”
“Mau kepasar, sayur mayur sudah tak tersisa di kulkas.”
“Y sudah ibu hati-hati…”Lalu aku kecup punggu telapak tangan ibu.

Saat aku melihat ibu mulai melangkahkan kaki, hatiku tergerak untuk ikut ibu pergi ke pasar. Aku ingin sekali bersama-sama ibu. Aku pun menghentikan langkah ibu.

“Ibu….aku ikut…” teriakku

Ibu menggeleng melarangku ikut dengannya, padahal ingin sekali aku ikut ibu. Apa daya aku pun hanya mampu tersenyum kecil padanya.

Aku pun mengalihkan pekerjaanku untuk menghapus sedikit kekecewaan terhadap ibu karena melarangku. Aku bersihkan seisi ruangan rumah, dan aku tanakkan nasi, untuk nanti jika ibu datang tinggal memasak lauk saja.

Aku siapkan dua gelas kopi untuk ayah dan ibu. Aku bernafas lega karena pekerjaanku sudah selesai. Kini aku duduk-duduk di serambi rumah sambil menunggu ibu. Tiba-tiba terdengar suara sirine menuju arah rumahku, pikirku “suara sirine….kemana menuju, lho kok polisi, siapa yang dicari???”
 
“Mbk…rumah ibu zulaikhah???”

Aku hanya tercengang saat polisi menanyaiku, tiba-tiba ayah yang baru muncul ditengah-tengah kami langsung menyahut. 

“Iy pak benar, ada apa??”

“Kami beritahukan bahwa ibu Zulaikhah dalam keadaan kritis karena kecelakaan, sekarang berada di rumah sakit Pribumi”

Aku tak mampu berucap sepatah katapun, air mata pun tak keluar dari pelupuk mataku. Selangkah pun kakiku serasa tak mampu bergerak. Suaraku tersendat, aku hanya mampu tercengang. Ayah menenagkanku, dia berikan aku pelukan hangatnya. 

“Pak bisa kita ikut bapak menuju rummah sakit??” Pinta ayah pada pihak kepolisian.

Kami menuju rumah sakit dengan menggunakan mobil polsek. Pikirku tak mampu terkendali, sketika itu tiba-tiba pita suaraku tergerak untuk berteriak. Tanpa terkendali aku pun berteriak di dalam mobil polisi.
“Ibu…” Ayah mendekap aku rapat. Semua petugas menoleh kearahku. Namun tak ada rasa malu yang aku rasa. Terus ku panggil nama ibu, aku semakin melemas tak berdaya. Suaraku semakin melirih, air mata semakin menderas. Yang dibenakku hanyalah ibu.

Setibanya di rumah sakit Pribumi aku gugup mencari ruangan dimana ibu terbaring.  Akhirnya aku temukan ibu, yang lemah tak berdaya. Saat aku dan ayah tiba, ibu tersadar. Dia melirik kea rah kami. Namun dokter belum mengizinkan kami masuk ruangan ibu, ibu masih dalam perawatan. Aku terus memandangi ibu. Tangan ibu bergerak ke arahku dan bapak, dengan memaksakan kondisinya ibu menggerakkan tangannya. Aku memaksa memasuki ruangan, dokter masih saja melarangku. Aku terus berontak, dan aku pun berhasil memeluk tubuh ibu. Ayah membuntutiku, mencoba bersikap tenang.  Dengan sisa-sisa tenaganya ibu mengelus kepalaku. Kata dokter luka ibu tidak parah, namun terdapat benturan dikepalanya yang membuatnya tak berdaya.

Ibu tersenyum kepadaku, dia kuatkan aku dengan mengenggam jemariku. Ingin rasanya aku berteriak didepan ibu, namun aku tahan semua itu. Aku melihat nafas ibu yang semakin lama semakin sepenggal. Dengan ku bisikkan kalimat-kalimat tayyibah di dekat telinganya. Ibu pun menghembuskan nafas terakhirnya. Kini ibu benar-benar pergi tuk selamanya. Tim rumah sakit menutupkan kain mori di sekujur tubuhnya, untuk yang terakhir kalinya aku kecup kening ibu. Semua terasa menyakitkan bagi ku dan juga ayah. Tak akan ku temukan surga tuk kedua kalinya di telapak kakinya, tak ada surga lagi disana. Namun semua sudah menjadi kehendak sang pemilik hidup. Lagi-lagi ayah mendekapku, dia kecup keningku sebagai penguat bahwa aku tak sendiri.

Hanya bayangan ibu yang terdapat dianganku. Menyesal kini yang aku rasa, “andai saja aku yang pergi kepasar, pasti semua tidak terjadi pada ibu. Namun nasi  sudahlah menjadi bubur.  SELAMAT JALAN IBU…”

Dan ternyata aku baru tersadar bahwa malam itu, tahajud itu, hanya sebagai kenangan terakhirku bersama ibu. Dan sekarang hanya dengan do’a aku bisa bahagiakan ibu di sana. Tak mau ku menyesal untuk kedua kalinya, kini hanya ayah yang aku punya, tak ingin aku sia-siakan kehidupan bersamanya. Kebahagiannya adalah kebahagiaanku, kesedihannya hanya membuatku semakin pedih.


The end

Minggu, 08 April 2012

Kau yang Tak Pernah Kufur

Senja sambut sinar mentari,
Merebak senyum mengundang tawa,
Berteman fajar bersama sang kenari,
Mengejar asa nan jauh di pelupuk mata,

Bersiap diri menata jemari,
Berbekal semangat yang membara,
Tanpamu hidup tak berarti,
Karena peluhmu penyelamat jiwa,
Saat dahaga kau teguk seadanya,
Nasi tela beralaskan daun pisang kau santap dengan nikmatnya,
Tak ada kufur dalam tutur,
Tak ada kerut dalam paras,

Mentari menjulang diatas bayang-bayang kepala,
Terik semakin menyanyat,
Coba tengok kulit yang semakin kelam,
Postur yang semakin tak terukur,

Hanya bertemankan parang dan pancul,
Benih-benih kehidupan menjadi subur,
Hanya satu kata yang ku tutur,
Semogga hidupmu makmur,
                   

Kamis, 05 April 2012

Menantikan Kehadiran Si Mungil???

Hadirnya sesosok mungil memang sangat dinanti-nantikan ditengah-tengah pasangan suami istri. Jika lama setelah berlangsungnya pernikahan mereka belum dikaruniai seorang anak, pasti ini akan menimbulkan kegelisahan dan kesedihan tersendiri. Apalagi jika sampai beberapa tahun mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Maka jika tiang/fondasi antara keduanya (suami, istri) tidak kokoh maka akan ada saja masalah yang membalutnya. Ada yang si suami minta cerai lah, minta kawin lagi lah ini lah itu lah, pasti ada saja masalah yang datang. Lain lagi jika ditengah-tengah mereka hadir sesosok bayi mungil, pasti mereka akan tambah akur. Ini lah karunia Allah terbesar dalam bahtera rumah tangga.
 
Seputar berbagi cerita saja. Bagi para ibu/bapak yang baru saja berumah tangga, so…belum mendapatkan momongan, maka jangan khawatir, lambat laun pasti Allah akan berikan momongan itu dengan caraNya. Tinggal bersabar saja. Seperti yang saya contohkan disini adalah orang tua saya sendiri, karena mereka juga belum mempunyai momongan selama usia pernikahan mereka berjalan 7 th (bayangkan saja itu bukan waktu yang sebentar). Berbagai alternative mereka jalani, hingga akhirnya orang tua saya mengasuh salah satu anak dari saudara. Mungkin Allah memang ingin menguji kesabaran dan kemampuan orang tua saya dalam mengasuh anak, hingga pada tahun ketiga pun ibu saya masih belum juga diprediksikan positif (hamil). Dan akhirnya mereka mengambil keputusan untuk mengadopsi anak dari saudara lagi. Dan begitulah hingga tahun ke-7 Allah pun melihat kemampuan mereka dalam mengasuh anak sudahlah mahir, maka istilahnya tidak diragukan lagi. Dan atas izinNya pun tumbuhlah janin di dalam rahim ibu saya. Saya yakin kebahagiaan yang mereka rasakan saat itu sangatlah membuncah. 


Hingga proses persalinan pun berlangsung, dan diberitahukan oleh bidan bahwa bayi mungil mereka adalah seorang perempuan. Dan itu lah saya, si mungil yang menjadi penantian panjang bagi keluarga (hehe…).
Dari cuap-cuap saya di atas ada sedikit masukan bagi para pengantin baru/lama yang belum diberikan momongan:
  •         Berusaha keras (hehe….screat) 
  •      Bersabar (apa lagi jika usia perkawinan masih muda) 
  •      Selalu minta pada Allah agar diberi momongan 
  •      Jangan pernah benci jika melihat anak kecil (karena sedikit banyak akan berpengaruh) 
  •      Jangan lpa sering2 konsultasi kandungan ke dokter 
  •      Dan jika lama tak kunjung di beri momongan, maka asuh saja anak saudara terdekat, jika tidak merawat anak dari orang yang kurang mampu untuk merawat anaknya (istilahnya untuk umpan/bhs sy sendiri looo…)

So….semogga Allah cepat berikan momongan dan menjadi keluarga yang bahagia dunia akherat….amiin…