Kamis, 29 Maret 2012

Surat Cinta Dari Syetan

Aku melihatmu kemaren , saat engkau memulai aktifitas harianmu. Kau bangun tanpa sujud mengerjakan subuhmu. Bahkan kemudian kau juga tidak mengucapkan Bismillah dan menggunakan tangan kiri setiap kali memulai santapanmu, kau juga tidak sempat mengerjakan shalat isya’ sebelum berangkat ketempat tidurmu, kau benar-benar orang yang bersyukur, aku menyukaimu…..aku tidak dapat mengungkapkan betapa senangnya aku melihatmu yang tidak merubah cara hidupmu.
Hai bodoh…kau milikku. Ingat, kau dan aku sudah bertahun-tahun bersama, dan aku masih belum bisa benar-benar mencintaimu. Malah aku masih membencimu, karena aku benci Allah. Aku hanya menggunakanmu untuk membalas dendamku kepada Allah. Dia sudah mencampakkanku dari surga, dan aku akan tetap memanfaatkanmu sepanjang masa untuk membalasNya. Kau lihat! Allah menyayangimu, dan dia masih memiliki rencana-rencana untukmu di hari depan. Tapi kau sudah menyerahkan hidupmu padaku, dan aku akan membuat kehidupanmu seperti neraka, sehingga kita bersama.Dan apa yang aku inginkan selama ini untuk menyesatkanmu tercapai.




Nb: (Na’uzubillah tsuma na’uzubillah…) Masya Allah…andai syetan mampu bercakap dengan manusia kurang lebih seperti itu lah ungkapannya atas kekesalannya terhadap Allah. Dia pergunakan manusia karena syetan tahu iman seseorang bisa berkurang dan bertambah, dia akan masuk dalam kehidupan manusia saat keimanan kita memudar. Seperti yang kita tahu, bagaimana syetan membujuk adam agar dia mau menuruti keinginannya untuk memakan buah kuldi, syetan melakukan segala cara demi menjalankan misinya untuk menyesatkan manusia.
Sungguh yang seperti ini sangat tidak kita inginkan. Dan setelah kita mengerti, kita tentu lebih tahu apa yang harus kita lakukan agar terhindar dari bujuk rayu syetan. Tentunya dengan tetap berpegang pada rambu-rambu ajaran Islam yang telah ditetapkan oleh Allah Tuhan semesta alam. Sebelum maut tiba, sebelum pintu taubat tertutup. Sebelum semua perbuatan kita diadili oleh Allah di hari hisab kelak alangkah baiknya kita mengadili dan mengoreksi diri kita terlebih dahulu. Maka kesempatan kita untuk mengabdi kepada Allah masih ada. Tetap satu tujuan kita “bahagia dunia akherat (amiin…)”

0 komentar:

Posting Komentar