Sabtu, 05 Mei 2012

PESANTREN BUKAN MOMOK UMAT


Asslamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh…

Sebagai latar belakang penulisan, sebenarnya saya juga tidak tahu kenapa kedua tangan ini ingin sekali menuliskan sepintas tentang kehidupan pesantren. Bukan karena saya sendiri pernah nyantri, atau bukan karena saya ingin mempopulerkan sebuah pesantren, namun lebih tepatnya karena saya ingin sedikit berbagi pengalaman tentang apa yang saya dapatkan dan rasakan sewaktu di pesantren dulu. Sungguh ini sebuah pengalaman yang tak bisa dilupakan. Kehidupan di dalamnya indah, mengajarkan kita untuk saling memahami karakter teman yang notabene berasal dari lain daerah dan juga mengajarkan akan banyak hal yang sebelumnya saya belum ketahui. 


Mau Masuk Pesantren??? Jangan ragu donk…!!!


Semua berawal dari niat. Niat lah karena semata-mata Allah ta’ala…


Awalnya saya bimbang ingin masuk pesantren, karena pada dasarnya keluarga sendiri bukan kalangan orang agamis. Bahkan tidak ada satu pun yang nyantri. Namun karena motifasi dari orang tua dan keinginan, maka berangkatlah saya menuju ranah suci itu. Tak ada satu pun orang yg saya kenal disana, selain satu orang tetangga saya, pada saat itu pun dia sedang ada liburan, jadi saya merasa menjadi orang asing di sana. Namun begitu lah orang tua saya yang tidak tega melihat saya yang selalu menyendiri, sehingga ibu saya merelakan untuk menemani saya seminggu di pondok. Padahal beliau juga masih ada tugas ngajar. Subkhanallah…begitulah seorang ibu.


Seiring berjalannya waktu, perlahan lahan saya menemukan seorang teman buat bercerita. Hingga akhirnya saya kenal dengan banyak teman disana. Pdahal saya adalah tipe orang yang butuh waktu lama buat mengenal orang. Tapi tak mungkin juga jika satu dua atau tiga bahkan lebih dari seorang disana tak saya kenal. Begitulah hingga memupusnya waktu, dan akhirnya memori dan nostalgialah yang membekas dibenak tentang seorang teman dan sahabat. Jika cerita ini berlanjut, mungkin memakan berpuluh-puluh halaman hanya untuk menuliskan semua kenangan tentang kebersamaan disana. Hanya mampu berucap “MISS U SOB…SMOGGA WAKTU MEMPERTEMUKAN KITA KEMBALI DI LAIN KESEMPATAN…”. 


Gag mau ah mondok…bahasanya arab inggris, pelajarannya juga arab semua…gundul juga tulisannya…


Memang…wajar jika banyak sekali terlontar keluhan seperti diatas, namun semua itu asyik banget buat dibahas, dan diceritakan. Sedikit pengalaman tentang bahasa dan tulisan arab. Pertama kali masuk pesantren saya juga syok dan kaget, “ma ismuki, min aina ji’ti, kaifa khaluk, ba’daki….” Bahasa apa itu, bahkan saya tidak tahu jika itu bahasa arab, karena saya memang awam sekali akan bahasa arab dan inggris. Saya hanya senyam senyum sembari menjawab apa adanya, sebisa saya, sehingga lawan bicara saya kadang tertawa mendengarkan saya bercakap. Tapi PD aja kali…namanya juga belajar. Lama kelamaan juga bisa, karena seringnya kita bercakap, mendengar dan juga pesantren mengadakan shobakhu lughah/conversation dan juga penambahan mufrodat/vocab setiap hari, jadi memudahkan para santri untuk memperlancar pemakaian bahasa. 


Mengenai pelajaran, jujur memang banyak sekali yang harus dipelajari. Dan mayoritas semua menggunakan tulisan arab. Bukunya juga tebal-tebal. Tapi bukannya menakut-nakuti…Cuma memberi gambaran…sekali lagi banyak jalan keluar untuk cepat dan mudah dalam memahami pelajaran. Kembali ke niat, jika niat awal kita memang li tholabul ‘ilmi (mencari ilmu), maka Allah akan sangat memudahkan dalam pemahaman. Dan juga bukannya bahasa adalah cakrawala dunia, dengan bahasa kita bisa terbang kemana saja kita mau. Asyik banget kan… Don’t worry deh pokoknya…


Males banget deh…di pondok apa-apa ngantri…


Ok…ok…ingat aja…kita hidup tidak sendiri, dunia ini luas namun penghuninya juga tidak sedikit. Itulah yang menyebabkan selalu antri. Tidak saja di pondok, lihat jika kita mengunjungi supermarket, mini market, warung makan, restorant, atau toko-toko biasa terdekat saja deh, pasti semuanya penuh dengan manusia, dan akhirnya kita harus ngantri. Jadi tentang ngantri kan sudah biasa, jangan di jadikan alasan untuk tidak mau mondok. Bahkan bagi saya yang paling asyik ya yang ini...ni…ngantri, asyik banget deh pokoknya…sembari ngantri sambil buka-buka buku…wahhh…seru dehh…kalu gag dipondok di mana lagi…hehe…


Hukuman…hukuman…dan hukuman…izinnya juga susah…


Pastilah…bukan pondok kalau tidak ada hukuman. Maksudnya, hukuman disini adalah sebuah dorongan buat kita untuk selalu tertib dan taat pada peraturan yang sudah ditetapkan. Dan semua itu demi kebaikan para santri, intinya semua kembali pada kebaikan individu. Jika tidak ada hukuman, bakal kacau balau deh dunia ini. Soal izin susah, itu biar santri selalu mengikuti kegiatan pondok, biar tidak tertinggal juga. Tidak susah sebenarnya jika alasannya masuk akal. Biasanya anak-anak berbohong, hanya biar mendapatkan izin, tapi pondok kan tidak mengajarkan santri untuk berbohong. Santai saja jika waktunya liburan juga bakal pulang kok…hhe…


Orang pondok terkenal katrok, gaptek dan ketinggalan zaman…


Begitulah jika melihat pondok hanya dari bungkusnya saja. Anak pondok memang terbungkus, tapi bukan berarti dalemnya fakum, tidak tahu akan zaman yang semaik berkembang, justru sebaliknya, pondok selalu memfasilitasi apa yang menjadi hak santrinya, didalamnya juga ada computer, LCD, dan laboraturium yang lain. Asal tidak salah penggunaannya. Asal kita selalu cari tahu dan ingin belajar, pasti tidak katrok, gaptek dan ketinggalan zaman. Percaya dehh…


Cow/cew ku bagaimana???putus donk sama pacar…


Hemmm…anak muda memang selalu begitu, apa lagi ABG. Bukan aturan pondok tidak memperbolehkan pacaran, namun ajaran Islam lah yang melarang. Kenapa dilarang, alasan ini sudah sering didengar, karena mendekati zina. Bener sekali kan!!! Islam selalu antipasti demi kebaikan. Kalau sudah siap kenapa tidak langsung saja menuju ke pelaminan. Dari pada terjadi yang ngak-ngak. Hehe…soal jodoh Allah yang ngatur. Sering juga didengar mengenai anak pondok susah interaksi dengan lawan jenis kalau sudah di dunia luar. Itu salah besar…setiap orang mempunyai kepribadian sendiri-sendiri. Ada yang mudah berinteraksi juga sebaliknya. Jadi bukan alasan untuk memojokkan pondok sebagai wadah yang selalu membuat susah hidup orang. atau membuat kepribadian seseorang jadi tertutup. 


Mulai sekarang coba berpikir positif tentang pesantren. Pesantren bukan momok umat, melainkan wadah untuk menanam kebaikan dunia akherat. Saya sendiri kadang merenung, jika saya tidak pernah mondok maka selamanya saya tidak akan pernah tahu bahasa dan tulisan arab, kalau toh tahu paling ana, anti saja. Dan juga tidak mungkin saya kenal dengan teman dan sahabat-sahabat dari daerah lain, jika bukan di pondok. Mungkin saya hanya mengenal orang desa, atau tetangga saja.
Banyak sekali pesantren-pesantren di zaman sekarang, tinggal kita pilih sesuai kata hati mana yang cocok. Yang penting masih dalam koridor-koridor Islam. Pesantren juga berpeluang bagi siapa yang menginginkan untuk melanjutkan sekolah diluar negeri dengan berbekal ilmu juga bahasa yang dipelajari selama dipesantren. Belajar di pesantren tidak ada ruginya sama sekali. Islam harus mempunyai generasi penerus untuk mendakwahkan ajaran Islam sesuai dengan al-Qur’an dan sunnah Raulullah, lewat dunia pesantren ini lah saya kira wadah yang pas dan cocok buat mencetak generasi penerus dakwah Islam.
Coba lah satu dua hari dulu, jika cocok maka setahun, dua tahu dan hingga akhirnya kamu benar-benar merasakan aura pesantren yang sesungguhnya, bukan hanya lewat simpang siur berita saja. 


Semogga bermanfaat…


Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…

Nb: salam buat teman semua yg sudh berkesempatan mengenyam pendidikian hingga ke negeri jiran dan juga negeri paman sam…dan buat teman-teman ku semua u’re is the best…semogga kita diberi kesempatan untuk selalu mendakwahkan ajaran Islam, lisan maupun tertulis. Jzakumullah khairon…
Memory jpg:    
     
Gerbang pondok

Scout DKK '08 (Chester)

Alumnus '10 (Zilfanira)

Extion

(KH.Hasan Abdullah Sahal)

Oswah,koordinator

Suasana kampus
  

2 komentar:

Unknown mengatakan...

apakah semua pesantren melengkapi fasilitas teknologi? adik teman saya lulus dari pesantren setingkat sma, dan bahkan dia tidak tahu apa itu upload. Salah dari anaknya sendiri kah?
event: menulis di blog dapet android, ikutan yuk!

lupitha sari mengatakan...

subkhanallah...benar juga,seperti apa yang saya alami waktu lulus dari pedantren,namun kalau saya memang murni dari kesalahan saya yang tidak mau belajar.Padahal fasilitas lab komputer juga ada.Insya Allah semua pesantren tahu akan kebutuhan dan kemajuan tekhnologi yg semakin berkembang,dan fasilitas pun akan turut mewadahi.

Posting Komentar