Asslamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh…
Sebagai latar belakang penulisan, sebenarnya saya juga tidak
tahu kenapa kedua tangan ini ingin sekali menuliskan sepintas tentang kehidupan
pesantren. Bukan karena saya sendiri pernah nyantri, atau bukan karena saya
ingin mempopulerkan sebuah pesantren, namun lebih tepatnya karena saya ingin
sedikit berbagi pengalaman tentang apa yang saya dapatkan dan rasakan sewaktu
di pesantren dulu. Sungguh ini sebuah pengalaman yang tak bisa dilupakan. Kehidupan
di dalamnya indah, mengajarkan kita untuk saling memahami karakter teman yang
notabene berasal dari lain daerah dan juga mengajarkan akan banyak hal yang
sebelumnya saya belum ketahui.
Mau Masuk Pesantren??? Jangan ragu donk…!!!
Semua berawal dari niat. Niat lah karena semata-mata Allah
ta’ala…
Awalnya saya bimbang ingin masuk pesantren, karena pada
dasarnya keluarga sendiri bukan kalangan orang agamis. Bahkan tidak ada satu
pun yang nyantri. Namun karena motifasi dari orang tua dan keinginan, maka
berangkatlah saya menuju ranah suci itu. Tak ada satu pun orang yg saya kenal
disana, selain satu orang tetangga saya, pada saat itu pun dia sedang ada
liburan, jadi saya merasa menjadi orang asing di sana. Namun begitu lah orang
tua saya yang tidak tega melihat saya yang selalu menyendiri, sehingga ibu saya
merelakan untuk menemani saya seminggu di pondok. Padahal beliau juga masih ada
tugas ngajar. Subkhanallah…begitulah seorang ibu.
Seiring berjalannya waktu, perlahan lahan saya menemukan
seorang teman buat bercerita. Hingga akhirnya saya kenal dengan banyak teman
disana. Pdahal saya adalah tipe orang yang butuh waktu lama buat mengenal
orang. Tapi tak mungkin juga jika satu dua atau tiga bahkan lebih dari seorang
disana tak saya kenal. Begitulah hingga memupusnya waktu, dan akhirnya memori
dan nostalgialah yang membekas dibenak tentang seorang teman dan sahabat. Jika cerita
ini berlanjut, mungkin memakan berpuluh-puluh halaman hanya untuk menuliskan
semua kenangan tentang kebersamaan disana. Hanya mampu berucap “MISS U SOB…SMOGGA
WAKTU MEMPERTEMUKAN KITA KEMBALI DI LAIN KESEMPATAN…”.
Gag mau ah mondok…bahasanya arab inggris, pelajarannya juga
arab semua…gundul juga tulisannya…
Memang…wajar jika banyak sekali terlontar keluhan seperti
diatas, namun semua itu asyik banget buat dibahas, dan diceritakan. Sedikit pengalaman
tentang bahasa dan tulisan arab. Pertama kali masuk pesantren saya juga syok
dan kaget, “ma ismuki, min aina ji’ti,
kaifa khaluk, ba’daki….” Bahasa apa itu, bahkan saya tidak tahu jika itu
bahasa arab, karena saya memang awam sekali akan bahasa arab dan inggris. Saya hanya
senyam senyum sembari menjawab apa adanya, sebisa saya, sehingga lawan bicara
saya kadang tertawa mendengarkan saya bercakap. Tapi PD aja kali…namanya juga
belajar. Lama kelamaan juga bisa, karena seringnya kita bercakap, mendengar dan
juga pesantren mengadakan shobakhu lughah/conversation dan juga penambahan mufrodat/vocab
setiap hari, jadi memudahkan para santri untuk memperlancar pemakaian bahasa.
Mengenai pelajaran, jujur memang banyak sekali yang harus
dipelajari. Dan mayoritas semua menggunakan tulisan arab. Bukunya juga
tebal-tebal. Tapi bukannya menakut-nakuti…Cuma memberi gambaran…sekali lagi
banyak jalan keluar untuk cepat dan mudah dalam memahami pelajaran. Kembali ke
niat, jika niat awal kita memang li tholabul ‘ilmi (mencari ilmu), maka Allah
akan sangat memudahkan dalam pemahaman. Dan juga bukannya bahasa adalah
cakrawala dunia, dengan bahasa kita bisa terbang kemana saja kita mau. Asyik banget
kan… Don’t worry deh pokoknya…
Males banget deh…di pondok apa-apa ngantri…
Ok…ok…ingat aja…kita hidup tidak sendiri, dunia ini luas namun
penghuninya juga tidak sedikit. Itulah yang menyebabkan selalu antri. Tidak saja
di pondok, lihat jika kita mengunjungi supermarket, mini market, warung makan,
restorant, atau toko-toko biasa terdekat saja deh, pasti semuanya penuh dengan
manusia, dan akhirnya kita harus ngantri. Jadi tentang ngantri kan sudah biasa,
jangan di jadikan alasan untuk tidak mau mondok. Bahkan bagi saya yang paling
asyik ya yang ini...ni…ngantri, asyik banget deh pokoknya…sembari ngantri
sambil buka-buka buku…wahhh…seru dehh…kalu gag dipondok di mana lagi…hehe…
Hukuman…hukuman…dan hukuman…izinnya juga susah…
Pastilah…bukan pondok kalau tidak ada hukuman. Maksudnya,
hukuman disini adalah sebuah dorongan buat kita untuk selalu tertib dan taat
pada peraturan yang sudah ditetapkan. Dan semua itu demi kebaikan para santri,
intinya semua kembali pada kebaikan individu. Jika tidak ada hukuman, bakal
kacau balau deh dunia ini. Soal izin susah, itu biar santri selalu mengikuti
kegiatan pondok, biar tidak tertinggal juga. Tidak susah sebenarnya jika
alasannya masuk akal. Biasanya anak-anak berbohong, hanya biar mendapatkan
izin, tapi pondok kan tidak mengajarkan santri untuk berbohong. Santai saja
jika waktunya liburan juga bakal pulang kok…hhe…
Orang pondok terkenal katrok, gaptek dan ketinggalan zaman…
Begitulah jika melihat pondok hanya dari bungkusnya saja. Anak
pondok memang terbungkus, tapi bukan berarti dalemnya fakum, tidak tahu akan
zaman yang semaik berkembang, justru sebaliknya, pondok selalu memfasilitasi
apa yang menjadi hak santrinya, didalamnya juga ada computer, LCD, dan
laboraturium yang lain. Asal tidak salah penggunaannya. Asal kita selalu cari
tahu dan ingin belajar, pasti tidak katrok, gaptek dan ketinggalan zaman. Percaya
dehh…
Cow/cew ku bagaimana???putus donk sama pacar…
Hemmm…anak muda memang selalu begitu, apa lagi ABG. Bukan aturan
pondok tidak memperbolehkan pacaran, namun ajaran Islam lah yang melarang. Kenapa
dilarang, alasan ini sudah sering didengar, karena mendekati zina. Bener sekali
kan!!! Islam selalu antipasti demi kebaikan. Kalau sudah siap kenapa tidak
langsung saja menuju ke pelaminan. Dari pada terjadi yang ngak-ngak. Hehe…soal
jodoh Allah yang ngatur. Sering juga didengar mengenai anak pondok susah
interaksi dengan lawan jenis kalau sudah di dunia luar. Itu salah besar…setiap
orang mempunyai kepribadian sendiri-sendiri. Ada yang mudah berinteraksi juga
sebaliknya. Jadi bukan alasan untuk memojokkan pondok sebagai wadah yang selalu
membuat susah hidup orang. atau membuat kepribadian seseorang jadi tertutup.
Mulai sekarang coba berpikir positif tentang pesantren. Pesantren
bukan momok umat, melainkan wadah untuk menanam kebaikan dunia akherat. Saya sendiri
kadang merenung, jika saya tidak pernah mondok maka selamanya saya tidak akan
pernah tahu bahasa dan tulisan arab, kalau toh tahu paling ana, anti saja. Dan juga tidak mungkin saya kenal dengan teman dan
sahabat-sahabat dari daerah lain, jika bukan di pondok. Mungkin saya hanya
mengenal orang desa, atau tetangga saja.
Banyak sekali pesantren-pesantren di zaman sekarang, tinggal
kita pilih sesuai kata hati mana yang cocok. Yang penting masih dalam
koridor-koridor Islam. Pesantren juga berpeluang bagi siapa yang menginginkan
untuk melanjutkan sekolah diluar negeri dengan berbekal ilmu juga bahasa yang
dipelajari selama dipesantren. Belajar di pesantren tidak ada ruginya sama
sekali. Islam harus mempunyai generasi penerus untuk mendakwahkan ajaran Islam
sesuai dengan al-Qur’an dan sunnah Raulullah, lewat dunia pesantren ini lah
saya kira wadah yang pas dan cocok buat mencetak generasi penerus dakwah Islam.
Coba lah satu dua hari dulu, jika cocok maka setahun, dua
tahu dan hingga akhirnya kamu benar-benar merasakan aura pesantren yang
sesungguhnya, bukan hanya lewat simpang siur berita saja.
Semogga bermanfaat…
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh…
Nb: salam buat teman semua yg sudh berkesempatan mengenyam
pendidikian hingga ke negeri jiran dan juga negeri paman sam…dan buat
teman-teman ku semua u’re is the best…semogga kita diberi kesempatan untuk
selalu mendakwahkan ajaran Islam, lisan maupun tertulis. Jzakumullah khairon…
Memory jpg:
Gerbang pondok |
![]() |
Scout DKK '08 (Chester) |
![]() |
Alumnus '10 (Zilfanira) |
![]() |
Extion |
(KH.Hasan Abdullah Sahal) |
Oswah,koordinator |
Suasana kampus |