Ada
seseorang sebut saja fulanah, dia dan dua orang temannya sedang bingung dengan
kostum yang akan dipakai untuk menghadiri sebuah acara dikampusnya. Temannya
sudah memakai baju. Namun si fulanah masih saja bingung. Karena yang
digantungan pakaiannya cuman ada baju merah dan celana pensil, maka dia
memutuskan untuk memakainya. Menurutnya bajunya itu agak panjang, sehingga dia
merasa sedikit percaya diri mengenakan celana pensil sebagai penutup auratnya.
Si
fulanah dan temannya pun pergi kekampus. Di tengah perjalanannya fulanah dan
dua orang temannya berhenti karena ditmuinya dua orang temannya dan satu orang
yang kurang dikenalnya, duduk-duduk di dekat lapangan kampus, maka si fulanah
dan temannya tadi berhenti untuk sekedar menyapa. Temannya tersebut adalah
laki-laki. Kemudian mereka saling mengobrol, dan satu teman laki-laki tadi
memuji si fulanah, katanya “cantik banget, mau kemana?” di jawab seadanya oleh
si fulanah. Kemudian mereka pun melanjutkan perjalanannya ke sebuah gedung
dimana acara diselenggarakan. Teman lelaki fulanah dan dua orang temannya ikut
berjalan, karena kebetulan si satu lelaki ini juga mengikuti kegiatan yang
sama. Di tengah jalan temannya ini menceletuk “katokmu nah..nah..fulanah…” Fulanah pun merespon celetukan temannya “katok
apa??” Si flanah pun nampaknya respect dan sedikit merasa dengan apa yang di
bicarakan temannya, tapi dia mencoba membalas dengan candaan. “kenapa seh
emangnya, gantian a??” canda fulanah. Temannya itu lalu mengatakan “lha lihat
sendiri sopan apa tidak, pantas apa tidak…” Kata-kata itu membuat si fulanah
berfikir, fulanah merasa tidak tenang dan menjadi tidak percaya diri. Namun
fulanah mencoba untuk tidak memperlihatkan parasnya yang berbeda. Sesampainya
ditempat acara, dia merasa risih, dengan mata-mata yang menatapnya. Sepertinya
aneh dan bagaimana gitu…kemudian ada lagi satu teman lelakinya yang mengatakan
“kalau yang pakek celanamu aku, pasti aku gag PD”, hati fulanah yang tidak
tenang ditambah lagi dengan perkataan temannya yang demikian, semakin
berkecambuk perasaan si fulanah. Namun bagaimana lagi, celana itu sudah
terlanjur dipakainya. Tak mungkin jika dia harus balik untuk ganti kostum. Dia
masih saja membiarkan, tapi ada lagi yang mengatakan, kali ini teman perempuannya
“celanamu nah, kok gag biasanya”. Wah…tambah sajah fulanah sutures alias
setres…
Setelah
selesai acara, fulanah langsung pulang. Sesampainya dirumah, dia berkaca
sendiri sembari senyam-senyum. Dia putar-putarkan tubuhnya, dan ternyata memang
memalukan. Dia baru menyadari bahwa tak selamanya yang dia sendiri anggap baik
dan pantas, belum tentu baik dan pantas dipandangan orang lain. Fulanah pun tak
mengulanginya lagi. Akhirnya kini dia sadar dan mencoba untuk berbenah diri
sedikit demi sedikit.
Teruntuk
teman-teman yang ikut andil dalam menyadarkan fulanah, jazakumullah khairon
jazak.
Nb:
Semogga kita semua bisa mengambil ibrah dari cerita si fulanah…